Header Ads

Merajam Nikmat Sembunyi Tangan - Slamet Unggul

Oleh: Slamet Unggul*


MERAJAM NIKMAT SEMBUNYI TANGAN

Menuju puncak, mimpi terbawa rasa
Rubuh dalam ruang waktu 
Berdiri di ambang kemunafikan
Goresan semakin dalam
Relung hati, luka
Ter-ingkari sumpah
Ter-khianati telinga
Bibir dan
Mata

Merajam nikmat sembunyikan tangan
Wajahmu merah di peraduan
Malu tak terhirau
Telanjangpun engkau mau
Kelamin ter-pamerkan
Topengmu tanggal
Ternyata bangsat
Kutu busuk yang sembunyi di ketiak kegilaan
Merajam nikmat sembunyikan tangan

Ular berkepala dua
Berhati anjing

Sungguh, 
Para cacing makin kehilangan tanah 
Buat sembunyi
Semakin panas
Panas..
Sungguh engkau 
Memang bangsat

Smg, 040716



SAMPAI SEKARANG AKU BELUM BISA MENGENALIMU

Sudah terlalu lama terpaut hati dalam rasa
Sementara aku tahu, perjuangan ini masih panjang
Menembus angkara yang mengoyakmu, menghujatmu
Tak tahu malu
Kesuburan tanah, ke-indahan alam
Musim yang seimbang
Sudah di tawarkan
Kotoran yang dia berikan

Atas nama siapa?

Sampai sekarang aku belum bisa mengenalmu
Sebaran api sering engkau taburkan
Dalam ruas ruas sendiku
Terlalu panas memang, angkaramu
Taringmu selalu tumbuh saat aku patahkan
Entah dari bibit yang mana
Busukpun tak kau cium

Semut di seberang lautan
Gajah di pelupuk mata

Tanggalkan saja baju berdasimu
Yang selama ini engkau khianati

Jujur, aku belum bisa mengenalimu

Walau aku mengenal suaramu
Bentuk tubuhmu
Atau bicaramu yang manis
Maya, samar
Tersembunyi arogan
kebohongan
Belati di tanganku
Tak berarti
Janji ter-ikrar
Engkau pungkiri
Kitab suci,
Engkau khianati

Jujur, aku belum bisa mengenalmu

Semarang, 130516



AKU BERSAMAMU TADI SIANG

:Ingatkah?
Ya, ingatkah dirimu
Tentang aku
Tentang kita
Tentang kisah kita
Di mana hati selalu tersakiti
Dengan rayuanmu,
Janjimu

: ingatkah?
Saat kita berdua duduk nyantai
Di warung kopi sebelah
Engkau selalu pesan kopi kental, pahit
Dan aku cuma teh manis hangat
Pisang goreng kesukaanmu
Kini jadi kesukaanku
Tuk mengenangmu
Saat kau sudah lupa padaku
Saat kau duduk manis di hingar bingar gedung megah
Dasimu selalu engkau pamerkan
Walau aku tahu 
Gigimu palsu

: Ingatkah?
Aku bersamamu tadi siang
Engkau tidak mengenalku
Atau purapura tidak mengenalku.
Engkau bergaya dengan mobil mewah
Warna merah
Senyummu khas sepertinya dulu
Dengan gigi palsumu
Aku cuma diam
Engkau tidak mengenalku

Aku bersamamu tadi siang

Semarang, 010916




* Slamet Unggul; Penyair asli Semarang. Kelahiran Semarang, 4 Desember 1964.

Selain menulis puisi, ia juga acap kali membacakan puisi-puisinya. Saat ini tinggal di Krapyak Kota Semarang, dan menjalani hidup dengan penuh keramahan.

Selain menyulam kata-kata menjadi puisi, ia juga serorang penjahit yang mampu menyulam kain menjadi pakaian yang cantik.

Tidak ada komentar

Video

Video