Header Ads

Tradisi Lebaran Ketupat di Kampung Semesta Banjardowo Genuk Kota Semarang

MASYARAKAT Kampung Semesta di Banjardowo Genuk Kota Semarang, tepatnya di Rt 2, Rt 5, dan Rt 6 Rw 6 yang dahulunya adalah menjadi satu. Namun tahun ini sudah dipecah menjadi 4 Rt, yang satunya masuk Rw 5. Memiliki tradisi perayaan hari raya ketupat.

Bahwa kita harus menyadari hari raya ketupat atau lebaran ketupat dan masyarakat menyebutnya bodo kupat merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan kanjeng Sunan Kalijaga.

Makna dari lebaran ketupat ialah kita dipertemukan dengan bulan Syawal, bahwa kita sudah menjalankan puasa ramadhan. Ada satu puasa lagi yakni puasa sunah di bulan syawal.

Sedangkan hakikat dari lebaran ketupat yakni supaya kita meneladani filosofi ketupat itu sendiri. Bahwa ketupat berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Ia terbuat dari janur berasal dari Bahasa Arab yakni Janatun Nur atau cahaya surga. Berisi beras putih sebagai tanda fitrah atau kesucian. Berbentuk segi sempat merupakan bentuk kakbah atau kiblat. Sedangkan membuatnya salinh bersilang menandalan untuk menjalin tali persaudaraan.

Sejarah membagi ketupat
Langsung saja, tradisi lebaran ketupat di kampung sudah berlangsung lama, sejak era sebelum kemerdekaan. Yakni pada era H. Toyib sekitar tahun 1911, kemudian memiliki anak laki-laki yang menetap di Banjardowo Rt 2 Rw VI yakni H. Abdul Rosyid yang meninggal pada tahun 1941 dan dimakamkan di Ngaji - Kota Demak, karena masa itu adalah masa kemerdekaan banyak penduduk mengungsi. Kemudian nama tersebut diabadikan menjadi nama Jalan, yakni tepatnya Jl. H. Abdul Rosyid Banjardowo Rt 2 Rw 6 Genuk Semarang.

Dahulu anak-anak berkumpul di depan Mushala dengan membawa plastik kresek atau tempat yang bisa digunakan untuk mewadahi ketupat.

Lalu mereka menuju rumah satu persatu. Si tuan rumah akan membagikan ketupat terhadap anak-anak yang mengantri. Ketupat tersebut tidak semata-mata polos, melainkan di tengahnya akan diisi beragam lauk kering seperti sambal goreng tahu, tempe, rambak dan bahkan mie.

Anak-anak yang telah mendapatkan ketupat di rumah satunya, akan berlanjut ke satu rumah hingga seluruh jumlah masyarakat kampung. Sehingga plastik kresek yang dibawa anak-anak penuh dengab ketupat.

Seperti yang nampak di video di bawah ini:

 

Lambat laun tradisi pemberian ketupat yang berisi beragam lauk tersebut mulai sirna, terutama di Jl. H. Abdul Rosyid Banjardowo Rt 2 Rw 6 Genuk Kota Semarang. Oleh karena beberapa hal, seperti mulai tergantikannya ketupat dengan uang. Mereka yang tidak membuat ketupat, diberikannya uang tersebut kepada anak-anak. Begitupun juga dengan tuan rumah atau penduduk yang tidak mempunyai anak usia anak-anak, maka ia hanya mengeluarkan dan tidak mendapatkan. Begitu juga dengan yang memiliki anak kecil banyak akan mendapatkan ketupat yang berlimpah.

Maka pada tahun sekitar tahun 2000an era kepemimpinan H. Sanwani tradisi tersebut diganti dengan doa bersama di mushala. Masyarakat membawa ketupat, lepet, lontong dan lauknya ke mushala. Terkumpulah beragam masakan ketupat beserta lauknya.

Seluruh warga masyarakat berkumpul di aula Mushala
Kalau dahulu hanya anak-anak, tradisi yang mengantikan justru semua penduduk masyarakat baik anak-anak, pemuda, remaja, ibu-ibu dan para bapak semua berkumpul di mushala.

Kemudian ketua takmir memimpin saat ini Ketua Tamir juga pengasuh Jentera Semesta. Ketua takmir memberikan sambutan dan sedikit memberikan sesutu yang penjelasan akan pentingnya belajar dari tradisi yang telah mengakar. Seperti penjelasan makna ketupat dan keutamaan puasa enam hari di bulan Syawal, sebagaimana hadist dibawah ini:


من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال كان كصيام الدهر" رواه مسلم
Barangsiapa yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan berpuasa selama 6 (enam) hari pada bulan Syawal, maka dia (mendapatkan pahala) sebagaimana orang yang berpuasa selama satu tahun." (HR. Muslim)

Dilanjutkan dengan pembacaan tahlil, diawali dengan khususon para pemangku mushala yang telah meninggal yakni H. Abdur Rosyid, Matarip, H. Sanwani, H. Matsamsu, Zairi, dan Bapak Zuhdi. Setelah tahlil selesai ditutup dengan doa. Kemudian baru menyantap makanan yang telah dihidangkan, sebagai bentuk rasa syukur dan semoga mendapatkan keberkahan.

Namun demikian meski sudah mulai redup di masyarakat semesta, khususnya masyarakat Banjardowo di Rt 6 Rw 6 yang dulunya masih satu kampung masih tetap hingga sekarang ini mentradisikan memberikan ketupat.

Dan kebersamaan itu ialah menikmati kekeluargaan lebaran ketupat. Selamat menikmati.

Tidak ada komentar

Video

Video